Pada umumnya pengganggulangan HIV/AIDS memberikan penyuluhan
kepada kelompok yang berisiko yaitu pelanggan, laki-laki suka laki-laki (LSL),
Pekerja seks, dll. Lain halnya dengan pukesmas tegalsiwalan dengan cara
melibatkan komunitas dalam hal ini kelompok masyarakat. Metode ini dinamakan
serial pararel, dimana pemberian edukasi kepada masyarakat yang komprehensif,
kesinambungan, terukur dengan bahasa yang sederhana. Sehingga masyarakat
mempunyai rasa tanggung jawab untuk berkonstribusi dalam penanggulangan
HIV/AIDS, lebih-lebih jika didalam masyarakat ada pasien HIV/AIDS mempunyai rasa
dukungan yang mampu meningkatkan derajat kesehatan pasien HIV/AIDS, dengan
metode inilah dirasa lebih efektif dan efisien, jelas Nuryakub, SKM.
Lanjut penjelasan kepala puskesmas lulusan UNAIR tahun 2000
ini yang juga sempat bulan oktober mempresentasikan programnya di Jakarta,”
edukasi ini pun diberikan oleh kelompok masyarakat yang mempunyai rasa peduli
terhadap kejadian HIV/AIDS yang diberi nama muda-mudi peduli HIV/AIDS (M2PHA),
kelompok ini dibentuk sejak 17 April 2013 dan saat ini sudah mulai aktif
menyebarluaskan informasi HIV/AIDS dimasyarakat melaui program Posyandu dimeja
6, dimana seyogyanya posyandu ini hanya 5 meja, keberhasilan program M2PHA bagaimana
memberi pemahaman kepada masyarakat dengan benar dan stop diskriminasi, serta
kepada pelajar melahirkan generasi sehat.”
Wawancara jurnalis warga dengan salah satu anggota M2PHA
Wina Angraini mengatakan, M2PHA juga menjadi jembatan dari pihak puskesmas
dengan masyarakat, kegiatan setiap bulan yang kita lakukan secara rutin sampai
saat ini sudah bisa membuat antusiame masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
meminta M2PHA memberikan materi disetiap kelompok-kelompok pengajian. Minimnya anggaran
bukan salah satu hambatan bagi kami, karena M2PHA dari masyarakat untuk masyrakat
dan kembali kemasyarakat,” jelasnya.
Menanggapi hal ini pemerhati social kabupaten
Probolinggo Vidya Nitikusuma,” saya sangat salut sekali kepada Puskesmas
Tegalsiwalan ini atas inovatifnya dengan membentuk M2PHA, strategi ini saya
rasa ampuh sekali dalam penanggulangan HIV/AIDS karena melibatkan masyarakat
disana. Saya berharap hal bisa dicontoh bagi daerah lainnya karena angka
kejadian HIV/AIDS selalu mengalami peningkatan, apalagi dengan meningkatkan pengetahuan
masyarakat diharapkan angka penularan HIV/AIDS akan terkontrol, dan yang
terpenting tidak ada lagi yang namanya diskriminasi kepada orang dengan AIDS (ODHA.
Hindari virusnya jangan hindari orangnya.” (JW Kab. Probolinggo, Setiyo dan
bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar