Dalam perkembangannya ranu kumbolo semakin memprihatinkan.
Konon ranu kumbolo bagaikan surganya pendaki mahameru sekarang tak lagi.
Sepanjang perjalanan dari ranu pane sampai ranu kumbolo pasti kita menemukan banyak
sampah, contohnya botol plastik, bungkus permen, tissue, putung rokok, dll. Paling
ironis di sekitar danau ranu kumbolo banyak sekali ditemukan botol-botol plastik,
tissue, dan tak kalah juga kotoran manusia. Salah melangkah dapat menimbulkan
malapetaka bagi yang menginjaknya.
Saya bersama sahabat untuk ke empat kalinya berkunjung ke
ranu kumbolo (1-3/09/2013), kita start dari ranu pane menuju ranu kumbolo jam
13.00 WIB melewati jalur ayak-ayak. Jalur tersebut kami pilih karena jarang
dilewati pendaki. Dalam perjalanan kami
berharap sesampainya diranu kumbolo bisa menikmati keindahan anugerah Tuhan. Ternyata
sebaliknya, kami tiba diranu kumbolo jam 17.30 WIB langsung foto-foto bersama
papan informasi penanda memasuki area ranu kumbolo, didepan kami juga terdapat papan yang merupakan himbauan dari
TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) yang menyatakan dilarang membuang
sampah dan membakarnya di dalam kawasan TNBTS, sayangnya dibawah papan himbauan
tersebut malah ada tumpukan sampah dan dijadikan sebagai tempat membakar
sampah.
Saat mengambil air konsumsi harus menjauh dari area
perkemahan, banyak sampah-sampah berserakan. Agak keluar jalur setapak pasti
banyak tissue-tisue bekas tempat buang air kecil atau buang air besar, Malah banyak
kotoran manusianya juga. Survey kami atas kunjungan yang datang ke mahameru
waktu itu sebanyak 300 pendaki (03/09). Menurut Parnginoto jangke sanimbela sebutan
terkenalnya pak ungot pengelola TNBTS “kebanyakan pengunjung mahameru bukan
pecinta alam hanya ikut-ikutan, dan juga karena dampak film, rata-rata tidak
betanggung jawab untuk alam. Dari pihak Taman Nasional pun tidak bosan-bosannya
mengingatkan sampah harus dibawa turun”. (JW Kab Probolinggo/ Setiyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar